“Menjadikan
Falsafah Fagogoru Sebagai Identitas dan Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Halmahera Tengah ditengah Persaingan Destinasi Wisata”
Latar Belakang
Sengaja meminjam nama Raja Ampat menjadi
propaganda yang bergening dalam dunia eksplorasi wisata khususnya
Indonesia bagian timur. Raja Ampat telah berhasil membangun brand wisata
hingga mendunia yang berangkat dari karakter dan eksotis alam wisata bahari
serta gugusan dan hamparan pulau berbentuk tebing yang berjejer layaknya
disusun dengan desain atau konsep dari arsitektur ternama seperti Antoni Gaudi
pada abad ke 18 yang medesain ibu kota Spanyol yakni Gereja La Sagrada Familia atau Gustave Eiffel
dengan karya menara Eiffelnya atau
Kekaisaran Munghal Shah Jahan yang membangun Taj Mahal dengan konsep cinta
abadi untuk mengenang istrinya serta arsitektur lainya.
Begitu juga dengan Raja Ampat. Lewat kondisi geografis
alamiah yang dimilikinya, Raja Ampat mendesain konsep propaganda wisatanya
hingga melewati mindset dan paradigma dunia tentang “primitive” suku Papua. Bermula
pada tahun 2001 lewat penelitian dari tim ahli Konservasi Internasional yang
menyampaikan hasil temuan potensi sumber daya alam yang dimilikinya, maka saat
itu pula Raja Ampat memulai tahap membuka dan memperkenalkan diri serta
menggandeng dunia internasional terutama Negara-negara sahabat dalam ajang
pertemuan internasional yang diselenggarakannya lewat momentum tahunan yaitu sail
Raja Ampat dan festival Raja Ampat, maka secara tidak langsung hadirnya efek
domino promosi wisata Raja Ampat kepada seluruh tamu dan undangan yang berasal
dari dalam Negari maupun luar Negari.
Apabila Raja Ampat telah dikenal dunia maka mustahil
kiranya jika Halmahera Tengah tidak dapat bangkit melampaui batas capaian
tersebut. Raja Ampat sampai sejauh ini hanya mengandalkan beberapa ikon wisata
seperti Misowol, Pianemo dengan gugusan pulau-pulau tebing atau pulau seribu dan
keesotikan alam bawa lautnya, jika yang dijadikan sebagai magnet adalah
konserfasi wisata bahari, maka Halmahera Tengah jauh daripada itu. Seperti
potensi wisata bahari yang terdapat di pulau Gebe, Moor, Liwo, Sayafi dan Rep
Samlowos yang seharunya dikenal dunia bahwa wisata bahari bukan hanya terdapat
di Raja Ampat, Bonaken atau Labuan Bajo akan tetapi Halmahera Tengah adalah
salah satu diantaranya yang tidak kala menakjubkan.
Potensi wisata yang dimiliki Halmahera Tengah tidak hanya
bertempat pada satu atau dua kecamatan akan tetapi hampir semua kecamatan yang
ada di Kabupaten Hakmahera Tengah memiliki potensi wisata yang dapat
diandalkan. Weda semisalnya terhitung dari destinasi wisata yang saat ini sudah
dikembangkan seperti talaga Nusliko yang dikelilingi hutan mangrove,
pemandangan pantai dan laut lepas. Pulau Imam yang menjadi tempat pemakaman
masyarakat Kota Weda, maka seharusnya pulau tersebut didesain menjadi destinasi
wisata yang berbasis reliji, begitu juga di bagian timur Weda ada Goa Boki
Moruru yang saat ini masih menjadi salah satu goa terpanjang di dunia. Goa Boki
Moruru bukan sekedar lubang batu yang ditawarkan akan tetapi lebih uniknya
adalah nilai sejarah dan muara gou serta rute menuju goa yang harus menyusuri
bentaran sungan dari muara kali Sagea. Begitu juga dengan Pulau Mtumnya dan Rep
Samlowos, Mi yang menawarkan keeksotikan alam bawa laut layknya Bonaken dan
Raja Ampat namun lebih indah karena berbentuk gunung yang dihiasi kerumbu karang
dan ikan-ikan karang serta potensi lainya yang belum tersentu seperti talaga
Sagea dll.
Sedangkan potensi destinasi wisata di wilayah Patani terhitung
dari Sibenpopo sampai Sakam terdapat ratusan potensi wisata yang belum tersentu
seperti teluk Sibenpopo atau Sipo, Lola, Baneori, Osiya dan Remdi yang
menawarkan hamparan pasir hitam halus yang terbentang kisaran 1 km yang
mengikuti stuktur teluk dan uniknya masing-masing memiliki nilai sejarah
tersendiri sehingga menjadi nilai jual dimata wisatawan nantinya. Begitu pula
gunung Sibenmara di Bobane Indah yang menyimpan jutaan mistis dan masih
dipercaya hingga saat ini yang menawarkan pemandangan indah dan dapat
menjangkau tanjung Remdi yang sering dikenal tanjung kenangan dan tanjung
Ngolopopo di Patani yang menjadi saksi ketika diasingkanya Tuan Guru dari
Tidore ke Afrika Selatan dan Matinya para pasukan Jailolo yang dikenal selat
Jailolo. Terdapat juga pemandangan indah layaknya Raja Ampat di Bobane Oyommew,
Tasino Woyo, tanjakan Erleo dan Sif dengan hamparan hutang mangrove sepanjang
pantai menuju Patani Kecamatan.
Sementara Patani Bagian Utara tidak kalau jauh dengan
hadirnya pemandangan pulau Sayafi, Moor dan Liwo yang tebentang tepat didepan
Gemia sampai Tepeleo (Patani Utara) yang dihiasi hamparan pasir putih,
pepohonan hijau dan keeksotikan alam bawa laut. Meskipun sampai saat ini tidak
dikelolah sebagai destinasi wisata akan tetapi masyarakat sering dijadikannya sebagai tempat perkemahan atau piknik keluarga. Begitu juga Batu Dua di Tepeleo
yang menjadi ikon wilayah setempat dengan nilai sejarahnya tersendiri.
Sedangkan di bagian Timur Patani terhitung dari Palo
sampai Sakam yang memiliki potensi destinasi wisata seperti pantai Sibenmara
yang menawarkan jutaan keunikan baik keindahan pemandangan, hamparan pasir
hitam dan kebiasan langkah yakni bertelunya penyu (kura-kura) di wilayah
tersebut, sedangkan keindahan lainya di wilayah Desan Sakam yakni hamparan hutan
mangrove di depan Desa dan tanjung Enggelang sebagai batas antara Halmahera
Tengah dan Halmahera Timur.
Terakhir adalah pulau Gebe,
sebelum kita gambarkan potensi wisata di pulau Gebe, Gebe menjadi batas antar
Maluku Utara (Halmahera Tengah) dan Papua Barat (Raja Ampat) sehingga secara
geoggrafis dan geologis pulau Gebe tidak berbeda jauh dengan Raja ampat jika dilihat
pada potensi alam. Pantai Umera yang terkenal dengan pasir halus berwana putih tidak
kalah jauh dengan pemandangan pasir timbul di Raja Ampat, Pulau Dodola di
Morotai atau pantai Ora di Masohi Maluku. Begitu juga dengan pulau Yoi, pulau
Fau dan pulau Uta yang menawarkan keindahan alam baik diatas maupun di dalam
laut, selain itu terdapat jutaan hamparan terumbuh karang dan ikan-ikan karang
serta hamparan pasir putuh dan pepohonan hijau yang menghiasi pulau-pulau
tersebut dan lebih menariknya pulau-pulau tersebut berbatas langsung dengan
Pianemo yang menjadi ikonya Raja Ampat saat ini.
Selain potensi wisata alam.
Halmahera Tengah atau Fagogoro memiliki nilai budaya yang tidak dimiliki oleh
daerah lain seperti Cokaiba, Fanten, Lalayon dll. Fagogoru yang didalamnya
termaktub makna “ngaku re rasai, sopan re hormat fare metat re meimoi” merupakan
nilai-nilai dasar kehidupan yang diwariskan oleh para leluhur dan terus dijaga
sampai saat ini, nilai-nilai tersebut bukan hanya diterapkan pada kehidupan
sehari-hari akan tetapi sampai pada penerapan sistem pengelolaan pemerintahan
yang dikenal dengan ERA fagogoru yaitu nilai-nilai budaya menjadi karakter dan
identitas sampai pada aspek pemerintahan.
Budaya dan kearifan lokal
fagogoru atau Halmahera Tengah bukan untuk dijual akan tetapi dapat dikemas dalam
buntuk wisata yang dinikmati oleh pengunjung atau wisatawan (prespektif
pariwisata) maka dapat menciptakan nuansa yang berbeda dengan destinasi wilayah
di daerah lain, budaya seperti penyambutan, pelayanan atau rasa kefagogoruan
seharusnya diterapkan untuk menjamu atau menyambut para pengunjung atau
wisatawan dengan tujuan menciptkan kenyaman serta menjadikan wisatawan layaknya
raja yang dijunjung oleh masyarakat, hal ini demi menjaga usia atau periode
destinasi wisata Kab. Halmahera Tengah.
Pembahasan
Ketika membincangkan
pariwisata maka kita tidak akan terlepas dari tiga istila yang ada dalam
pariwisata yakni: wisata, wisatawan dan kepariwisataan. Wisata yang artinya perjalanan atau dalam bahasa
inggris disebut travel. Sedangkan wisatawan adalah orang yang
melakukan perjalanan atau disebut travelers, sementara kepariwisataan
adalah semua akhtivitas yang dilakukan atau yang dikenal dengan tourisme
Pariwisata merupakan
aktivitas perjalan yang dilakukan baik perorangan mapun kelompok dengan jarak
tempuh yang dekat atau jauh sekalipun dengan tujuan melakukan kunjungan kesuatu
tempat untuk melepas kepekatan atau melakukan refresing. Merujuk pada pemikiran
Maurice dalam ukunya “The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its
Beealities, Learn the language and take exercise” yang membagi perjalanan wisata menjadi
dua bagian yakni Grand
Tour and Perit Tour atau perjalanan besar dan kecil. Perjalanan
kecil merupakan perjalanan dengan jarak dekat yang dapat dijangkau oleh
siapapun, hal ini dilatar belakangi oleh faktor ketersediaan akses dan biaya
perjalanan, sementara perjalanan besar adalah perjalanan yang hanya dapat
ditempuh oleh kalangan elit dan masyarakat menengah yang didorong oleh
ketersediaan anggaran dan kecukupan financial.
Memasuki akhir perang dunia dua atau awal perang dunia ke
tiga, pariwisata berkembang dari konsep Grand Tour and Perit Tour menjadi Package tour yang dimana perjalanan
akan diambil alih atau difasilitasi oleh badan atau pengurus yang telah
menyediakan jasa transoprtasi perjalanan, penginapan dan bahkan pendampingan.
Ketersediaan kesempatan bagi seluruh kalangan masyarakat telah terbuka dengan budgeting
yang dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat manapun sehingga
tidak ada alasan dan batasan jika masyarakat Eropa, Amerika, Afrika atau Asia
sekalipun berkunjung ke Halmahera Tengah.
Terdapat beberapa sifat
wisata yang perlu diperhatikan sebelum menentukan target dan pengembangan
destinasi wisata, hal ini dengan tujuan tercapainya target yang di canangkan.
Beberapa sifat diantaranya yakni: Pertama wisata modern idealism dimana
para wisatawan menaruh perhatian pada budaya multinasional serta eksplorasi
alam secara indivisu, kedua modernt materialism yaitu wisatawan yang
mencari keuntungan atau hedonis, ketiga tradisional idealism yakni
wisatawan yang memiliki ketertarikan pada budaya dan kearifan lokal serta
menghargai nilai-nilai kearifan lokal setempat, keempat tradisional
materialism yakni wisatawan dengan cara piker konvensional yang selalu berfikir
cost dan kenyamanan.
Pengembangan
pariwisata Kabupaten Halmahera Tengah seharusnya berangkat dari desain yang
disesuaikan dengan klasifikasi dan sasaran wisatawan sesuai dengan empat
kriterian diatas, maka dengan mudah dapat menentukan target dan capaian
pertahun serta mengantisipasi dampak kedepanya dari wisatwan tersebut.
Bukan hanya Kabupaten Halmahera Tengah yang memiliki
tantangan tersendiri dalam pengembangan pariwisatanya akan tetapi hampir semua
daerah karena hampir semua daerah dan Negara telah mengambangkan beragam Janis wisata
dengan fariasi dan keunikan sebagai nilai jualnya, namun yang masih sangat
minim adalah pengembangan destinasi wisata yang berbasis kearifan lokal yakni
desain wisata dengan tema budaya yang tidak menyerupai destinasi di tempat
manapun.
Halmahera tengah termasuk daerah yang sangat beruntung
karena destinasi wisatanya masih pada taraf pengembangan belum sampai pada
tahap capaian target keuntungan. Maka menjadi pelung besar kiranya Halmahera
Tengah menjadikan beberapa daerah pengembangan destinasi wisata sebagai
referensi yang nyata seperti halnya Bali yang pada mulanya mengembangkan
destinasi wisata dengan konsep modern namun pada akhirnya nilai-nilai budaya
terancam dan mulai dirubah menjadi destinasi wisata berbasis budaya, perubahan
konsep pengembangan tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh menurunya minat
wisata modern atau multicultural akan tetapi dunia internasional khususya
wilayah destinasi wisata mulai berkembang ke arah pengembangan destinati wisata
yang mengedepankan nilai budaya demi menciptakan keunikan tersendiri. Begitu
juga dengan Nusa Tenggara Barat (Lombok, Bima dll) yang saat ini kembali dengan
konsep pengembangan wisata berbasis reliji yang ingin mengedepankan nilai-nilai
islam dan budaya, hal ini dipengaruhi oleh dampak wisatawan yang sering terjadi
tindakan intoleran dan sparatis seperti terorisme dan gerakan sparatis lainya.
Sama halnya juga dengan Nusa Tenggara Timur, Jawa dan Sumatera, dimana
masing-masing daerah mulai mengembangkan destinasi wisata yang berbasis
kearifan lokal.
Halmahera tengah disebut memiliki pelung besar dalam
pengembangan destinasi wisata yang berbasis kearifan lokal karena sampai saat
ini daerah-daerah Indonesia timur khususnya yang mengembangkan destinasi wisata
berbasis kearifal lokal masih sangat minim, seperti halnya Raja Ampat dan Papua
secara keseluruhan, Maluku secara keseluruhan baik dari Ambon, Seram, Buru dan
Masohi sekalipun, atau Maluku Utara sekalipun. Semua daerah-daerah diatas saat
ini pengembangan pariwisatanya bersifat modern dan belum terlihat target karakteristik
wisatawan dalam ketagori yang mana sebagai pengunjung utama serta Negara mana
saja yang akan menjadi target utama.
Nilai-nilai budaya atau kearifan lokal fagogoru harus sealalu
melekat dalam setiap pengembangan destinasi wisata di Halmahera Tengah,
terlepas dari konsep pembangunannya baik modern atau tradisonal namun yang
harus dikedepankan adalah karakter destinasi wisata yang selalu Nampak budaya
fagogoru sehingga menjadi identitas yang membedakan Halmahera Tengah dengan
daerah lainya. Namun setiap pengembangan destinasi wisata harus berangkat dari
target wisatawan (empat sifat diatas) sehingga dengan muda pengembangan
destinasi wisata dikelolah untuk mencapai target yang dicanangkan.
Budaya yang dimaksud bukan hanya pada tarian lalyon,
cokaiba dan fanten, akan tetapi kebiasaan masyarakat sesuai nilai-nilai
fagogoru yang menganggap semua tamu atau wisatawan adalah saudara yang harus di
hormati, disopani, dihargai seperti falsafa fagogoru diatas “ngaku re rasai,
sopan re hormta fare metat re meimoi”. Maka lewat lembaga berwenang yakni Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata harus memberikan pembekalan dan pendampingan intens
kepada masyarakat lingkar wisata serta membentuknya dalam aturan daerah yang
diberikan legalitas sebagai rujukan baku dan sah yang bersifat wajib, hal ini
demi terciptanya rasa nyaman bagi para pengunjung atau wisatawan di Halmahera Tengah
kedepanya.
Memasuki tahap pengembangan destinasi wisata, maka Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata harus mebebankan kapada semua pemerintah Kecamatan maupun
Desa untuk memiliki destinasi wisata tersendiri yang dikembangkan dalam jangka
waktu tertentu (pendek/menengah) dengan konsep yang matang sebagai tahap awal
dan didampingi oleh badan-badan terkait seperti pemberdayaan serta melibatkan semua
elemen pemuda dan pelajar yang disesuaikan dengan tugas dan peranya terutama
pada tahap promosi.
Mendukung tahap pengembangan destinasi wisata khususnya
pada tahap promosi, pemerintah Daerah memiliki peran penting seperti perayaan
hari-hari besar Daerah, budaya atau hajatan lainya yang melibatkan banyak tamu
undangan baik nasional maupun internasinoal, maka pemerintah harus melakukan
roling lokasi disetiap kawasan destinasi wisata se Kabupaten Halmahera Tengah
dengan tujuan masyarakat atau tamu undangan dapat menikmati acara atau hajatan
daerah dan dapat melihat langsung destinasi wisata di Halmahera Tengah. Selai
itu pemerintah Daerah juga melibatkan seluruh pelajar lewat organisasi Pelajar
daerah se Indonesia untuk selalu menghadirkan dan memperkenalkan serta
menampilkan destinasi wisata atau budaya Kabupaten Halmahera Tengah pada
momentum-momentum tertentu (festival, pagalaran budaya dll) di tempatnya
masing-masing.
Kesimpulan
Pengembangan pariwisata yang berbasis kearifan lokal
menjadi peluang terbesar Kabupaten Halmahera Tengah saat ini karena hampir
sebagian besar wilayah Indonesia timur dan khususnya Maluku Utara masih
mengembangkan parisata yang disesuaikan dengan trand modern. Peluang
terbesar adalah melihat pengembangan dan psikologi wisatawan setiap tahun
mengalami perubahan dari modern ke tradisional dimana destinasi wisata yang
sudah berkembang sekalipun perlaham mulai merubah wajah destinasi wisatanya ke
arah tradisional yang mengangkat nilai-nilai budaya masing-masing.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah
saat ini adalah mengubah maindset masyarakat yang menganggap pariwisata
adalah bukan sebagai wadah yang melahirkan lapangan kerja, justru destinasi
wisata adalah wadah untuk menghidupkan masyarakat Desa lewat kreatifitas dan
inovasi yang akan dilakukan oleh masyarakat lingkar wisata. Maka perlu kiranya pemerintah
Daerah lewat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan pemahaman (dari konsep
sampai target serta pendapatan) kepada Pemerintah Desa dan pelajar (mahasiswa) serta
badan-badan terkait yang berwewenang untuk memberikan pemahaman yang lebih
kepada masyarakat karena pengembangan pariwisata bersifat jangka panjang bukan
pendek, selain itu destinasi wisata juga merupakan investasi Daerah yang
berkepanjangan dan sustenable.
Tantangan selanjutnya adalah akan lahirnya akulturasi dan
asimili akibat dampak dari pariwisata, maka dari itu pemerintah Daerah sudah
harus memiliki analisis dan tahap pencegahan lebih awal untuk membendung dan
menjaga nilai-nilai budaya fagogoru. Beberapa langkah yang semestinya
dipersiapakan adalah pemerintah Daerah mulai membentuk lembaga budaya dan
bahasa yang ditempatkan di setiap wilayah destinasi wisata dengan tujuan adanya
dedikasi yang bersifat melindungi dan menjaga keutuhan budaya serta nilai-nilai
fagogoru di tengah guncaran budaya lain (luar fagogoru).
Mencapai target maksimum adalah berangkat dari konsep dan
dudukan awal pengembangan destinasi wisata sehingga empat sifat wisatawan
diatas sekiranya penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan
destinasi wisata di Kabupaten Halmahera Tengah. Setiap destinasi wisata di
Kabupaten Halmahera Tengah seharunya dikembangkan dengan konsep dan tema yang
berbeda-beda, pengembangan pariwisata yang berbasis kearifan lokal bukan
berarti menutup diri pada pembangan destinasi wisata dengan konsep modern yang dimaksud
dengan pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal adalah pengembangan
destinasi wisata yang selalu berlandaskan pada nilai-nilai budaya atau kearifan
lokal bukan pada aspek pembangunan infrastrukturnya karena pariwisata tidak bisa
terlepas dari pembangunan serta pengembangan infrastruktur dan suprastruktur yang
sama-sama memiliki inkam.
Terakhir adalah bagaimana keterlibatan masyarakat dalam membantu
tahap promosi destinasi wisata yang melalui media sosial sebagai bentuk
propaganda untuk menciptakan reting wisata yang dapat diakses oleh masyarakat
diluar Halmahera Tengah. Selain promosi melalu akun media sosial (FB, IG,
Twitter dll) poster yang bermuatan iklan destinasi wisata harus hadir di
kota-kota besar di Indonesia terutama tempat-tempat keramaian seperti
pelabuhan, Bandara, Terminal dll, dilain sisi pemerintah Daerah harus berani
menjadi sponsor dalam kegiatan-kegitan nasional serta memasang iklan di media
sosial seperti toko-toko online dan youtube karena setiap hari hampir semua
orang melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan ruang-ruang tersebut
(online).