Minggu, 05 Januari 2020

The Central Halmahera Gate of Raja Ampat


“Menjadikan Falsafah Fagogoru Sebagai Identitas dan Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Halmahera Tengah ditengah Persaingan Destinasi Wisata”
Oleh: Fahrul Rizky Mauraji
Latar Belakang
Sengaja meminjam nama Raja Ampat menjadi propaganda yang bergening dalam dunia eksplorasi wisata khususnya Indonesia bagian timur. Raja Ampat telah berhasil membangun brand wisata hingga mendunia yang berangkat dari karakter dan eksotis alam wisata bahari serta gugusan dan hamparan pulau berbentuk tebing yang berjejer layaknya disusun dengan desain atau konsep dari arsitektur ternama seperti Antoni Gaudi pada abad ke 18 yang medesain ibu kota Spanyol yakni Gereja La Sagrada Familia atau Gustave Eiffel dengan karya menara Eiffelnya  atau Kekaisaran Munghal Shah Jahan yang membangun Taj Mahal dengan konsep cinta abadi untuk mengenang istrinya serta arsitektur lainya.
            Begitu juga dengan Raja Ampat. Lewat kondisi geografis alamiah yang dimilikinya, Raja Ampat mendesain konsep propaganda wisatanya hingga melewati mindset dan paradigma dunia tentang “primitive” suku Papua. Bermula pada tahun 2001 lewat penelitian dari tim ahli Konservasi Internasional yang menyampaikan hasil temuan potensi sumber daya alam yang dimilikinya, maka saat itu pula Raja Ampat memulai tahap membuka dan memperkenalkan diri serta menggandeng dunia internasional terutama Negara-negara sahabat dalam ajang pertemuan internasional yang diselenggarakannya lewat momentum tahunan yaitu sail Raja Ampat dan festival Raja Ampat, maka secara tidak langsung hadirnya efek domino promosi wisata Raja Ampat kepada seluruh tamu dan undangan yang berasal dari dalam Negari maupun luar Negari.
            Apabila Raja Ampat telah dikenal dunia maka mustahil kiranya jika Halmahera Tengah tidak dapat bangkit melampaui batas capaian tersebut. Raja Ampat sampai sejauh ini hanya mengandalkan beberapa ikon wisata seperti Misowol, Pianemo dengan gugusan pulau-pulau tebing atau pulau seribu dan keesotikan alam bawa lautnya, jika yang dijadikan sebagai magnet adalah konserfasi wisata bahari, maka Halmahera Tengah jauh daripada itu. Seperti potensi wisata bahari yang terdapat di pulau Gebe, Moor, Liwo, Sayafi dan Rep Samlowos yang seharunya dikenal dunia bahwa wisata bahari bukan hanya terdapat di Raja Ampat, Bonaken atau Labuan Bajo akan tetapi Halmahera Tengah adalah salah satu diantaranya yang tidak kala menakjubkan.
            Potensi wisata yang dimiliki Halmahera Tengah tidak hanya bertempat pada satu atau dua kecamatan akan tetapi hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Hakmahera Tengah memiliki potensi wisata yang dapat diandalkan. Weda semisalnya terhitung dari destinasi wisata yang saat ini sudah dikembangkan seperti talaga Nusliko yang dikelilingi hutan mangrove, pemandangan pantai dan laut lepas. Pulau Imam yang menjadi tempat pemakaman masyarakat Kota Weda, maka seharusnya pulau tersebut didesain menjadi destinasi wisata yang berbasis reliji, begitu juga di bagian timur Weda ada Goa Boki Moruru yang saat ini masih menjadi salah satu goa terpanjang di dunia. Goa Boki Moruru bukan sekedar lubang batu yang ditawarkan akan tetapi lebih uniknya adalah nilai sejarah dan muara gou serta rute menuju goa yang harus menyusuri bentaran sungan dari muara kali Sagea. Begitu juga dengan Pulau Mtumnya dan Rep Samlowos, Mi yang menawarkan keeksotikan alam bawa laut layknya Bonaken dan Raja Ampat namun lebih indah karena berbentuk gunung yang dihiasi kerumbu karang dan ikan-ikan karang serta potensi lainya yang belum tersentu seperti talaga Sagea dll.
            Sedangkan potensi destinasi wisata di wilayah Patani terhitung dari Sibenpopo sampai Sakam terdapat ratusan potensi wisata yang belum tersentu seperti teluk Sibenpopo atau Sipo, Lola, Baneori, Osiya dan Remdi yang menawarkan hamparan pasir hitam halus yang terbentang kisaran 1 km yang mengikuti stuktur teluk dan uniknya masing-masing memiliki nilai sejarah tersendiri sehingga menjadi nilai jual dimata wisatawan nantinya. Begitu pula gunung Sibenmara di Bobane Indah yang menyimpan jutaan mistis dan masih dipercaya hingga saat ini yang menawarkan pemandangan indah dan dapat menjangkau tanjung Remdi yang sering dikenal tanjung kenangan dan tanjung Ngolopopo di Patani yang menjadi saksi ketika diasingkanya Tuan Guru dari Tidore ke Afrika Selatan dan Matinya para pasukan Jailolo yang dikenal selat Jailolo. Terdapat juga pemandangan indah layaknya Raja Ampat di Bobane Oyommew, Tasino Woyo, tanjakan Erleo dan Sif dengan hamparan hutang mangrove sepanjang pantai menuju Patani Kecamatan.
            Sementara Patani Bagian Utara tidak kalau jauh dengan hadirnya pemandangan pulau Sayafi, Moor dan Liwo yang tebentang tepat didepan Gemia sampai Tepeleo (Patani Utara) yang dihiasi hamparan pasir putih, pepohonan hijau dan keeksotikan alam bawa laut. Meskipun sampai saat ini tidak dikelolah sebagai destinasi wisata akan tetapi masyarakat sering dijadikannya sebagai tempat perkemahan atau piknik keluarga. Begitu juga Batu Dua di Tepeleo yang menjadi ikon wilayah setempat dengan nilai sejarahnya tersendiri.
            Sedangkan di bagian Timur Patani terhitung dari Palo sampai Sakam yang memiliki potensi destinasi wisata seperti pantai Sibenmara yang menawarkan jutaan keunikan baik keindahan pemandangan, hamparan pasir hitam dan kebiasan langkah yakni bertelunya penyu (kura-kura) di wilayah tersebut, sedangkan keindahan lainya di wilayah Desan Sakam yakni hamparan hutan mangrove di depan Desa dan tanjung Enggelang sebagai batas antara Halmahera Tengah dan Halmahera Timur.
Terakhir adalah pulau Gebe, sebelum kita gambarkan potensi wisata di pulau Gebe, Gebe menjadi batas antar Maluku Utara (Halmahera Tengah) dan Papua Barat (Raja Ampat) sehingga secara geoggrafis dan geologis pulau Gebe tidak berbeda jauh dengan Raja ampat jika dilihat pada potensi alam. Pantai Umera yang terkenal dengan pasir halus berwana putih tidak kalah jauh dengan pemandangan pasir timbul di Raja Ampat, Pulau Dodola di Morotai atau pantai Ora di Masohi Maluku. Begitu juga dengan pulau Yoi, pulau Fau dan pulau Uta yang menawarkan keindahan alam baik diatas maupun di dalam laut, selain itu terdapat jutaan hamparan terumbuh karang dan ikan-ikan karang serta hamparan pasir putuh dan pepohonan hijau yang menghiasi pulau-pulau tersebut dan lebih menariknya pulau-pulau tersebut berbatas langsung dengan Pianemo yang menjadi ikonya Raja Ampat saat ini.
Selain potensi wisata alam. Halmahera Tengah atau Fagogoro memiliki nilai budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lain seperti Cokaiba, Fanten, Lalayon dll. Fagogoru yang didalamnya termaktub makna “ngaku re rasai, sopan re hormat fare metat re meimoi” merupakan nilai-nilai dasar kehidupan yang diwariskan oleh para leluhur dan terus dijaga sampai saat ini, nilai-nilai tersebut bukan hanya diterapkan pada kehidupan sehari-hari akan tetapi sampai pada penerapan sistem pengelolaan pemerintahan yang dikenal dengan ERA fagogoru yaitu nilai-nilai budaya menjadi karakter dan identitas sampai pada aspek pemerintahan.
Budaya dan kearifan lokal fagogoru atau Halmahera Tengah bukan untuk dijual akan tetapi dapat dikemas dalam buntuk wisata yang dinikmati oleh pengunjung atau wisatawan (prespektif pariwisata) maka dapat menciptakan nuansa yang berbeda dengan destinasi wilayah di daerah lain, budaya seperti penyambutan, pelayanan atau rasa kefagogoruan seharusnya diterapkan untuk menjamu atau menyambut para pengunjung atau wisatawan dengan tujuan menciptkan kenyaman serta menjadikan wisatawan layaknya raja yang dijunjung oleh masyarakat, hal ini demi menjaga usia atau periode destinasi wisata Kab. Halmahera Tengah.
Pembahasan
Ketika membincangkan pariwisata maka kita tidak akan terlepas dari tiga istila yang ada dalam pariwisata yakni: wisata, wisatawan dan kepariwisataan. Wisata yang artinya perjalanan atau dalam bahasa inggris disebut travel. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan atau disebut travelers, sementara kepariwisataan adalah semua akhtivitas yang dilakukan atau yang dikenal dengan tourisme
Pariwisata merupakan aktivitas perjalan yang dilakukan baik perorangan mapun kelompok dengan jarak tempuh yang dekat atau jauh sekalipun dengan tujuan melakukan kunjungan kesuatu tempat untuk melepas kepekatan atau melakukan refresing. Merujuk pada pemikiran Maurice dalam ukunya “The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its Beealities, Learn the language and take exercise” yang membagi perjalanan wisata menjadi dua bagian yakni Grand Tour and Perit Tour atau perjalanan besar dan kecil. Perjalanan kecil merupakan perjalanan dengan jarak dekat yang dapat dijangkau oleh siapapun, hal ini dilatar belakangi oleh faktor ketersediaan akses dan biaya perjalanan, sementara perjalanan besar adalah perjalanan yang hanya dapat ditempuh oleh kalangan elit dan masyarakat menengah yang didorong oleh ketersediaan anggaran dan kecukupan financial.
            Memasuki akhir perang dunia dua atau awal perang dunia ke tiga, pariwisata berkembang dari konsep Grand Tour and Perit Tour menjadi Package tour yang dimana perjalanan akan diambil alih atau difasilitasi oleh badan atau pengurus yang telah menyediakan jasa transoprtasi perjalanan, penginapan dan bahkan pendampingan. Ketersediaan kesempatan bagi seluruh kalangan masyarakat telah terbuka dengan budgeting yang dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat manapun sehingga tidak ada alasan dan batasan jika masyarakat Eropa, Amerika, Afrika atau Asia sekalipun berkunjung ke Halmahera Tengah.
            Terdapat beberapa sifat wisata yang perlu diperhatikan sebelum menentukan target dan pengembangan destinasi wisata, hal ini dengan tujuan tercapainya target yang di canangkan. Beberapa sifat diantaranya yakni: Pertama wisata modern idealism dimana para wisatawan menaruh perhatian pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara indivisu, kedua modernt materialism yaitu wisatawan yang mencari keuntungan atau hedonis, ketiga tradisional idealism yakni wisatawan yang memiliki ketertarikan pada budaya dan kearifan lokal serta menghargai nilai-nilai kearifan lokal setempat, keempat tradisional materialism yakni wisatawan dengan cara piker konvensional yang selalu berfikir cost dan kenyamanan.
            Pengembangan pariwisata Kabupaten Halmahera Tengah seharusnya berangkat dari desain yang disesuaikan dengan klasifikasi dan sasaran wisatawan sesuai dengan empat kriterian diatas, maka dengan mudah dapat menentukan target dan capaian pertahun serta mengantisipasi dampak kedepanya dari wisatwan tersebut.
            Bukan hanya Kabupaten Halmahera Tengah yang memiliki tantangan tersendiri dalam pengembangan pariwisatanya akan tetapi hampir semua daerah karena hampir semua daerah dan Negara telah mengambangkan beragam Janis wisata dengan fariasi dan keunikan sebagai nilai jualnya, namun yang masih sangat minim adalah pengembangan destinasi wisata yang berbasis kearifan lokal yakni desain wisata dengan tema budaya yang tidak menyerupai destinasi di tempat manapun.
            Halmahera tengah termasuk daerah yang sangat beruntung karena destinasi wisatanya masih pada taraf pengembangan belum sampai pada tahap capaian target keuntungan. Maka menjadi pelung besar kiranya Halmahera Tengah menjadikan beberapa daerah pengembangan destinasi wisata sebagai referensi yang nyata seperti halnya Bali yang pada mulanya mengembangkan destinasi wisata dengan konsep modern namun pada akhirnya nilai-nilai budaya terancam dan mulai dirubah menjadi destinasi wisata berbasis budaya, perubahan konsep pengembangan tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh menurunya minat wisata modern atau multicultural akan tetapi dunia internasional khususya wilayah destinasi wisata mulai berkembang ke arah pengembangan destinati wisata yang mengedepankan nilai budaya demi menciptakan keunikan tersendiri. Begitu juga dengan Nusa Tenggara Barat (Lombok, Bima dll) yang saat ini kembali dengan konsep pengembangan wisata berbasis reliji yang ingin mengedepankan nilai-nilai islam dan budaya, hal ini dipengaruhi oleh dampak wisatawan yang sering terjadi tindakan intoleran dan sparatis seperti terorisme dan gerakan sparatis lainya. Sama halnya juga dengan Nusa Tenggara Timur, Jawa dan Sumatera, dimana masing-masing daerah mulai mengembangkan destinasi wisata yang berbasis kearifan lokal.
            Halmahera tengah disebut memiliki pelung besar dalam pengembangan destinasi wisata yang berbasis kearifan lokal karena sampai saat ini daerah-daerah Indonesia timur khususnya yang mengembangkan destinasi wisata berbasis kearifal lokal masih sangat minim, seperti halnya Raja Ampat dan Papua secara keseluruhan, Maluku secara keseluruhan baik dari Ambon, Seram, Buru dan Masohi sekalipun, atau Maluku Utara sekalipun. Semua daerah-daerah diatas saat ini pengembangan pariwisatanya bersifat modern dan belum terlihat target karakteristik wisatawan dalam ketagori yang mana sebagai pengunjung utama serta Negara mana saja yang akan menjadi target utama.
            Nilai-nilai budaya atau kearifan lokal fagogoru harus sealalu melekat dalam setiap pengembangan destinasi wisata di Halmahera Tengah, terlepas dari konsep pembangunannya baik modern atau tradisonal namun yang harus dikedepankan adalah karakter destinasi wisata yang selalu Nampak budaya fagogoru sehingga menjadi identitas yang membedakan Halmahera Tengah dengan daerah lainya. Namun setiap pengembangan destinasi wisata harus berangkat dari target wisatawan (empat sifat diatas) sehingga dengan muda pengembangan destinasi wisata dikelolah untuk mencapai target yang dicanangkan.
            Budaya yang dimaksud bukan hanya pada tarian lalyon, cokaiba dan fanten, akan tetapi kebiasaan masyarakat sesuai nilai-nilai fagogoru yang menganggap semua tamu atau wisatawan adalah saudara yang harus di hormati, disopani, dihargai seperti falsafa fagogoru diatas “ngaku re rasai, sopan re hormta fare metat re meimoi”. Maka lewat lembaga berwenang yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus memberikan pembekalan dan pendampingan intens kepada masyarakat lingkar wisata serta membentuknya dalam aturan daerah yang diberikan legalitas sebagai rujukan baku dan sah yang bersifat wajib, hal ini demi terciptanya rasa nyaman bagi para pengunjung atau wisatawan di Halmahera Tengah kedepanya.
            Memasuki tahap pengembangan destinasi wisata, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus mebebankan kapada semua pemerintah Kecamatan maupun Desa untuk memiliki destinasi wisata tersendiri yang dikembangkan dalam jangka waktu tertentu (pendek/menengah) dengan konsep yang matang sebagai tahap awal dan didampingi oleh badan-badan terkait seperti pemberdayaan serta melibatkan semua elemen pemuda dan pelajar yang disesuaikan dengan tugas dan peranya terutama pada tahap promosi.
            Mendukung tahap pengembangan destinasi wisata khususnya pada tahap promosi, pemerintah Daerah memiliki peran penting seperti perayaan hari-hari besar Daerah, budaya atau hajatan lainya yang melibatkan banyak tamu undangan baik nasional maupun internasinoal, maka pemerintah harus melakukan roling lokasi disetiap kawasan destinasi wisata se Kabupaten Halmahera Tengah dengan tujuan masyarakat atau tamu undangan dapat menikmati acara atau hajatan daerah dan dapat melihat langsung destinasi wisata di Halmahera Tengah. Selai itu pemerintah Daerah juga melibatkan seluruh pelajar lewat organisasi Pelajar daerah se Indonesia untuk selalu menghadirkan dan memperkenalkan serta menampilkan destinasi wisata atau budaya Kabupaten Halmahera Tengah pada momentum-momentum tertentu (festival, pagalaran budaya dll) di tempatnya masing-masing.
Kesimpulan
            Pengembangan pariwisata yang berbasis kearifan lokal menjadi peluang terbesar Kabupaten Halmahera Tengah saat ini karena hampir sebagian besar wilayah Indonesia timur dan khususnya Maluku Utara masih mengembangkan parisata yang disesuaikan dengan trand modern. Peluang terbesar adalah melihat pengembangan dan psikologi wisatawan setiap tahun mengalami perubahan dari modern ke tradisional dimana destinasi wisata yang sudah berkembang sekalipun perlaham mulai merubah wajah destinasi wisatanya ke arah tradisional yang mengangkat nilai-nilai budaya masing-masing.
            Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah saat ini adalah mengubah maindset masyarakat yang menganggap pariwisata adalah bukan sebagai wadah yang melahirkan lapangan kerja, justru destinasi wisata adalah wadah untuk menghidupkan masyarakat Desa lewat kreatifitas dan inovasi yang akan dilakukan oleh masyarakat lingkar wisata. Maka perlu kiranya pemerintah Daerah lewat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan pemahaman (dari konsep sampai target serta pendapatan) kepada Pemerintah Desa dan pelajar (mahasiswa) serta badan-badan terkait yang berwewenang untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat karena pengembangan pariwisata bersifat jangka panjang bukan pendek, selain itu destinasi wisata juga merupakan investasi Daerah yang berkepanjangan dan sustenable.
            Tantangan selanjutnya adalah akan lahirnya akulturasi dan asimili akibat dampak dari pariwisata, maka dari itu pemerintah Daerah sudah harus memiliki analisis dan tahap pencegahan lebih awal untuk membendung dan menjaga nilai-nilai budaya fagogoru. Beberapa langkah yang semestinya dipersiapakan adalah pemerintah Daerah mulai membentuk lembaga budaya dan bahasa yang ditempatkan di setiap wilayah destinasi wisata dengan tujuan adanya dedikasi yang bersifat melindungi dan menjaga keutuhan budaya serta nilai-nilai fagogoru di tengah guncaran budaya lain (luar fagogoru).
            Mencapai target maksimum adalah berangkat dari konsep dan dudukan awal pengembangan destinasi wisata sehingga empat sifat wisatawan diatas sekiranya penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Halmahera Tengah. Setiap destinasi wisata di Kabupaten Halmahera Tengah seharunya dikembangkan dengan konsep dan tema yang berbeda-beda, pengembangan pariwisata yang berbasis kearifan lokal bukan berarti menutup diri pada pembangan destinasi wisata dengan konsep modern yang dimaksud dengan pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal adalah pengembangan destinasi wisata yang selalu berlandaskan pada nilai-nilai budaya atau kearifan lokal bukan pada aspek pembangunan infrastrukturnya karena pariwisata tidak bisa terlepas dari pembangunan serta pengembangan infrastruktur dan suprastruktur yang sama-sama memiliki inkam.
            Terakhir adalah bagaimana keterlibatan masyarakat dalam membantu tahap promosi destinasi wisata yang melalui media sosial sebagai bentuk propaganda untuk menciptakan reting wisata yang dapat diakses oleh masyarakat diluar Halmahera Tengah. Selain promosi melalu akun media sosial (FB, IG, Twitter dll) poster yang bermuatan iklan destinasi wisata harus hadir di kota-kota besar di Indonesia terutama tempat-tempat keramaian seperti pelabuhan, Bandara, Terminal dll, dilain sisi pemerintah Daerah harus berani menjadi sponsor dalam kegiatan-kegitan nasional serta memasang iklan di media sosial seperti toko-toko online dan youtube karena setiap hari hampir semua orang melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan ruang-ruang tersebut (online).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar